Penjualan Turun, Coca-Cola Siapkan Varian “Cane-Sugar Coke” untuk Dongkrak Pasar

indexmedia – Raksasa minuman ringan The Coca-Cola Company mengumumkan akan meluncurkan Coca-Cola berbahan gula tebu di Amerika Serikat pada paruh kedua tahun ini. Langkah itu diambil setelah volume penjualan global turun 1 persen pada kuartal II/2025—kontraksi pertama sejak awal 2024—meski perusahaan masih mampu membukukan kenaikan laba berkat penyesuaian harga rata-rata 6 persen.

Upaya Menangkap Tren “Natural Sweetener”

CEO James Quincey menjelaskan bahwa varian baru tersebut “akan melengkapi portofolio” dan menjadi opsi bagi konsumen yang kian menuntut bahan pemanis alami. “Kami memakai seluruh ‘toolkit’ pemanis, termasuk gula tebu, jika memang ada permintaan,” ujarnya dalam panggilan dengan analis usai pemaparan kinerja.

Selama ini Coke berbahan gula tebu (sering dijuluki Mexican Coke) hanya tersedia terbatas di toko khusus impor. Di pasar internasional, terutama Meksiko, resep ini sudah lama dipakai dan digemari. Analis Columbia Threadneedle, Sean King, menilai adopsi gula tebu di AS “logis secara strategi merek”, meski di sisi rantai pasok akan menimbulkan biaya lebih tinggi.

Tertekan Harga dan Boikot

Laporan keuangan menunjukkan volume di Amerika Utara melemah karena kelompok konsumen berpendapatan rendah menunda pembelian. Perusahaan juga masih memulihkan diri dari boikot terhadap merek Coke klasik di AS dan Meksiko, yang memengaruhi penjualan kuartal sebelumnya.

Namun, kinerja Coca-Cola Zero Sugar justru melonjak 14 persen secara global, menandakan minat konsumen pada opsi rendah kalori tetap kuat.

Respons Kebijakan Kesehatan

Peralihan ke gula tebu juga dibaca sebagai jawaban atas kampanye “Make America Healthy Again” yang digagas Menteri Kesehatan Robert F. Kennedy Jr. dan disambut baik Gedung Putih. Presiden Donald Trump pekan lalu mengklaim Coca-Cola “setuju menggunakan gula asli di AS”.

Meski ahli gizi menekankan konsumsi gula apa pun perlu dibatasi, pemanis tebu dipersepsikan lebih “alami” dibanding sirup jagung fruktosa tinggi (HFCS) yang selama empat dekade menjadi standar manufaktur minuman ringan di AS.

Tantangan dan Prospek

Analis Jay Woods dari Freedom Capital Markets menilai sensasi media seputar “Cane-Sugar Coke” tidak boleh menutupi persoalan utama: pertumbuhan Coca-Cola masih lebih banyak ditopang tarif harga ketimbang kenaikan volume.

Selain ongkos bahan baku yang berpotensi naik, Coca-Cola juga harus menata ulang rantai pasok—mulai dari kontrak pemasok gula tebu domestik hingga investasi lini produksi. Di sisi lain, varian baru ini bisa menjadi pembeda di tengah semakin sengitnya kompetisi dengan PepsiCo, yang pekan lalu juga membuka kemungkinan memakai bahan alami jika diminta konsumen.

Ekonomi Makro Masih Menekan

Dengan 61 persen pendapatan berasal dari luar negeri, fluktuasi nilai tukar menjadi faktor krusial. Perusahaan memperkirakan laba per saham tahunan berada di sisi atas kisaran target pertumbuhan 2-3 persen, terbantu kurs dolar yang melemah.

Back to top button