KADIN: Daya Beli Masyarakat Anjlok, Ekonomi Indonesia Terancam Melambat

Indexmedia — Ketua Dewan Pertimbangan Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia Arsjad Rasjid memperingatkan kian rapuh­nya konsumsi rumah tangga. Berbicara dalam forum “Driving Inclusive Growth: Innovation, Industrialization and Energy Transition for Job Creation” di Universitas Paramadina, Jakarta, Jumat (18/7), ia menegaskan:

“Saat ini masyarakat bisa dikatakan sudah tidak punya uang untuk belanja. Daya beli benar-benar anjlok.”

Arsjad menilai fokus pembangunan tidak boleh terjebak pada angka pertumbuhan 4,7 persen semata, melainkan pada pemulihan dompet rakyat yang “kian tipis.”

Data resmi menegaskan sinyal bahaya

  • Penjualan ritel melemah
    Survei Penjualan Eceran Bank Indonesia mencatat Indeks Penjualan Riil (IPR) April 2025 hanya 235,5, turun 5,1 persen secara bulanan dan nyaris datar dibanding April 2024 (236,3).
  • Keyakinan konsumen surut
    Survei Konsumen BI menunjukkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Mei 2025 merosot ke 117,5, level terendah sejak 2022.
  • Stimulus fiskal belum kencang
    Menteri Keuangan Sri Mulyani melaporkan realisasi belanja negara Semester I baru 38,8 persen dari pagu, atau Rp1.407,1 triliun.

Arsjad menilai kombinasi upah riil yang tergerus inflasi dan bunga kredit dua digit membuat ruang belanja rumah tangga “mengecil drastis”, sementara uang pemerintah “belum deras” mengalir ke proyek padat karya.

Seruan kebijakan dari KADIN

  1. Percepat serapan APBN/APBD ke proyek berorientasi tenaga kerja lokal.
  2. Ringankan PPN bagi ritel mikro-kecil beromzet < Rp2 miliar per bulan.
  3. Turunkan bunga Kredit Usaha Rakyat kembali ke 3 persen agar UMKM—penopang 97 persen lapangan kerja—tak kehabisan likuiditas.

“Jika daya beli terus merosot, konsumsi—penyumbang 54 persen PDB—akan padam. Target pertumbuhan 5 persen tahun ini bisa meleset,” tutur Arsjad menutup paparannya.

Prospek paruh kedua 2025

Ekonom memproyeksikan konsumsi rumah tangga bisa turun di bawah 4,2 persen jika stimulus tak segera digelontorkan. Data BI dan realisasi APBN memperkuat pesan KADIN: tanpa intervensi cepat, ekonomi Indonesia berisiko kehilangan bahan bakar utamanya—daya beli masyarakat.

Back to top button