Ketika Malino Tak Lagi Beautiful: Pemuda Tarbiyah Sulsel Soroti Rusaknya Moral di Balik Event

Gowa, Sulawesi Selatan — Event tahunan Beautiful Malino yang seharusnya menjadi etalase pariwisata unggulan Kabupaten Gowa, justru ramai disorot karena tenda bergoyang dan dugaan praktik prostitusi online yang mencoreng nilai-nilai budaya dan agama.

Fenomena tersebut mengundang keprihatinan mendalam dari berbagai kalangan, termasuk dari organisasi kepemudaan Islam. Salah satunya datang dari Pemuda Tarbiyah Sulawesi Selatan, yang menilai bahwa acara ini telah melenceng dari ruh awalnya sebagai promosi wisata dan kebudayaan.

“Beautiful Malino tak lagi beautiful kalau yang ditonjolkan justru kemaksiatan. Tenda bergoyang dan prostitusi online itu bukan cerminan masyarakat beradab. Kami menolak segala bentuk maksiat yang mencemari ruang publik,” tegas Ibnu Hajar, Ketua Pemuda Tarbiyah Sulawesi Selatan, Sabtu (12/7/2025).

Ibnu mengingatkan bahwa budaya dan pariwisata tidak boleh dilepaskan dari nilai-nilai etika dan akhlak, apalagi di Sulawesi Selatan yang dikenal religius dan menjunjung tinggi martabat perempuan.

“Kami minta masyarakat jangan abai. Jagai’mi anakta! Jangan sampai bangga karena viral, tapi ternyata yang viral itu justru mempermalukan keluarga dan daerah,” katanya lantang.

Pemuda Tarbiyah Sulsel juga meminta Pemerintah Kabupaten Gowa untuk melakukan evaluasi total terhadap seluruh rangkaian acara Beautiful Malino, termasuk kontrol terhadap konten hiburan, pengawasan lapangan, serta penertiban aktivitas yang berpotensi membuka ruang maksiat.

“Hiburan bukan berarti bebas nilai. Kalau ada yang merusak moral generasi muda, harus segera dihentikan. Jangan bungkus kemaksiatan pakai dalih kreativitas dan ekonomi,” pungkasnya.

Seruan moral dari Pemuda Tarbiyah Sulsel ini disambut dukungan oleh berbagai elemen ormas dan tokoh masyarakat yang berharap agar festival tahunan itu dibenahi agar kembali mencerminkan nilai-nilai religius dan kearifan lokal Sulsel.

Back to top button